Beberapa waktu terakhir tanaman asli indonesia ramai jadi pembicaraan beberapa pakar, serta diberitakan tanaman ini diincar oleh organisasi yang cukup terkenal di dunia, yakni NATO. Faedah dari tanaman ini diakui begitu mengagumkan, yakni bisa membantu Prajurit untuk menghindari radar musuh sehingg. Penasaran?? Tanaman apakah itu??
Tanaman itu yaitu " Rami ". Diberitakan kalau seseorang pakar mikrobiologi dari FMIPA Unpad, Asri Peni Wulandari sudah lakukan penelitian faedah mengenai tanaman Rami untuk Tekstil serta Biobriket. Tanaman rami dengan nama latin " Boehmeria nivea " adalah tumbuhan asli Indonesia dengan bentuk seperti tanaman herba yang berumpun banyak. Tanaman ini dapat tumbuh di lokasi manapun serta mempunyai saat produktif yang baik. Dalam 3-4 bulan, tanaman ini sudah dapat dipanen serta berlangsung sampai 8 tahun.
Tanaman rami, Tumbuhan ini Jadi Incaran NATO, Untuk Apa ya??
Menurut karakteristiknya, Rami mempunyai serat yang termasuk kuat, panjang serta baik untuk bahan baku tekstil karena mempunyai susunan yang serupa dengan kapas. Bahkan juga mulai sejak masa penjajahan Belanda telah dibudidayakan sebagai bahan baku tekstil pengganti kapas. Seratnya di ambil untuk di proses jadi bahan baku tekstil, dengan kwalitas yang baik bila dibanding dengan bahan baku serat alam yang lain.
“Daun, batang, serta akar tanaman Rami mempunyai manfaat. Daunnya mempunyai anti-oksidan yang setara dengan teh hijau. Batangnya dapat jadikan serat, akarnya dapat juga digunakan sebagai benih, ” tutur Asri di situs resmi Unpad.
Tidak heran bila sekian waktu lalu passionmagz. com menulis satu tumbuhan yang paling di cari oleh NATO, yakni tanaman Rami. Selain berkwalitas tinggi, nyatanya baju yang memakai tumbuhan rami ini dapat menolong beberapa tentara waktu bertugas.
Pasalnya, mereka yang menggunakan pakaian ini tidak bisa terdeteksi atau terlacak oleh radar musuh. Di radar, tentara yang memakai baju memiliki bahan dasar Rami terlacak sebagai tumbuhan, bukan manusia. Bahkan juga beritanya NATO pesan 30 ribu baju tentara yang memiliki bahan dasar rami dari Indonesia.
Meskipun memiliki kualitas
Bagus, sekarang ini tanaman rami susah berkembang. Walau sebenarnya, Indonesia telah berupaya meningkatkan tanaman ini mulai sejak 20 tahun waktu lalu. Penyebabnya yaitu tidak berhasilnya system pengembangan agribisnis. Pengembangan permasalahan hanya dikerjakan kasus per kasus.
Menurut Asri, ada chaos pada petani dengan tehnologi yang diperkembang. Sepanjang tehnologi fokusnya cuma pada tehnologi produksi seratnya saja tanpa ada melakukan pengembangan tehnologi budidaya. Hingga ketika keperluan bertambah system budidaya tak siap.
" Diversifikasi product seratnyapun tak diperkembang juga, hingga segmen pasarnya masihlah sangat sempit, ” jelas dosen program studi Biologi FMIPA Unpad ini.
Latar belakang permasalahan ini sebagai konsentrasi penelitiannya. Riset awalnya berkaitan rami yaitu temukan tehnologi yang murah serta ramah lingkungan untuk sistem degumming, yaitu mengisolasi mikroorganisme untuk ganti beberapa bahan kimia dengan memakai jamur rhizopus sp. Ia mengklaim tehnologi yang dikembangkannya ini tambah lebih murah serta ramah lingkungan.
Asri mengharapkan dengan membuahkan tehnologi yang tambah lebih murah, tekstil rami dapat kembali bangkit. “Kita negara tekstil namun 95 % kapasnya itu impor, jadi kita cuma dapat siapkan bahan baku 5 %. Semestinya kita tak perlu impor lagi bila bisa produksi serat rami, ” kata Asri.
Sumber www. duniainformasikesehatan. com